Sementara sang Manohara mungkin sedang betah di Malaysia sana, beberapa hari lalu sempat rame di forum tentang threadh haruskah kita kasihan dengan nasib si Manohara?
Jawaban memang ada di dua pemain utama Pangeran Kerajaan Kelantan, Tengku Fakhry dan Manohara Pinot, sedangkan mereka dan kita ini bisa jadi figuran,
"Ini wujud kemarahan kami," teriak seorang pendemo sambil melempar telur ke foto Fakhry yang dipajang di depan gerbang Kedubes Malaysia, Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (5/5/2009).
Koordinator aksi, Sylvester Matunina, mengatakan BMP meminta Kedubes Malaysia membuka pintu komunikasi antara keluarga Mano dengan Kerajaan Kelantan.
"Indikasi penyiksaan itu ada. Kalau tidak ada nggak mungkin tidak diperbolehkan bertemu dengan keluarga," ujar Sylvester.
BMP juga menuntut Dubes RI untuk Malaysia Da'i Bachtiar ditarik ke Indonesia. "Dia dubes banci. Dia tidak lakukan apa-apa," kata dia.
Massa membawa poster bertuliskan "Malaysia spesialis pelanggar HAM berat", "Jangan ada lagi Manohara-Manohara yang lain", dan "Tengku Fakhry=Pangeran Kodok." Massa juga memasang spanduk bertuliskan "BMP mengetuk keras tindakan biadab Tengku Fakhry dan tindakan Kelantan Malaysia."
"Kerajaan Kelantan adalah kerajaan kecil. Kita seharusnya malu dengan kondisi ini, kita adalah bangsa yang besar," imbuh Syvester dalam orasinya.
Aksi yang diikuti 30 orang yang terbalut kemeja serba hitam ini memakan separo jalan. Akibatnya, lalu lintas menuju Menteng tersendat.
No comments:
Post a Comment